Agile
Agile software development adalah jenis metodologi pengembangan software yang membantu tim bekerja lebih cepat dengan cara membagi proyek menjadi bagian-bagian kecil dan bisa berjalan secara paralel.
product-manager
Apa itu Agile dalam Software Development?
Agile software development adalah jenis metodologi pengembangan software yang membantu tim bekerja lebih cepat dengan cara membagi proyek menjadi bagian-bagian kecil dan bisa berjalan secara paralel.
Dengan menggunakan agile, tim bekerja untuk mengevaluasi persyaratan dan hasil secara terus-menerus agar dapat mengimplementasikan perubahan yang efisien.
Agile berfokus pada kerja sama tim dan kepuasan pelanggan. Metode ini mengupayakan untuk terus menciptakan produk yang benar-benar diminati di pasar. Roadmap proyek pun menjadi lebih jelas dan bisa diperbarui sesuai kebutuhan konsumen. Itu sebabnya Agile selalu mengikuti tren pasar yang terus berubah dan mudah beradaptasi dengannya.
Agile merupakan metodologi yang lahir sebagai respons terhadap metodologi Waterfall yang cenderung kaku. Dalam metode waterfall, sistem bekerja secara linier dan mengharuskan tim menyelesaikan setiap fase proyek sebelum beralih ke fase selanjutnya. Hal ini tentu memakan waktu lebih lama untuk diselesaikan.
Sementara adanya Agile memungkinkan tim bekerja secara paralel atau bersamaan pada setiap fase proyek yang berbeda.
Tahapan Metode Agile Software Development
Dirangkum dari Spiceworks, berikut enam tahapan dalam metode Agile software development:
#1 Concept
Pertama adalah fase pembuatan konsep. Di sini, product owner akan menentukan scope (ruang lingkup) dari proyek yang akan dibuat. Jika ada banyak proyek, mereka akan memprioritaskan pekerjaan yang paling penting.
Pada tahap konsep, product owner akan membahas persyaratan dengan klien serta memperkirakan waktu dan biaya proyek. Analisis terperinci membantu mereka memutuskan apakah suatu proyek layak dieksekusi.
#2 Inception
Setelah proyek dikonseptualisasikan, langkah selanjutnya yaitu membangun tim pengembangan software. Pada tahap ini, product owner memeriksa ketersediaan dan menetapkan siapa saja anggota tim yang cocok untuk proyek tersebut. Tak hanya itu, product owner juga bertanggung jawab untuk memfasilitasi anggota tim berbagai sumber daya yang diperlukan.
Setelah tim ditetapkan, proses desain akan dimulai dengan membuat mockup user interface maupun diagram UML. Arsitektur yang ada dalam proyek juga dibangun pada tahap ini.
Elemen-elemen yang sudah dirancang kemudian diberikan kepada stakeholder untuk mendapatkan saran dan masukan lebih lanjut.
#3 Iteration atau development
Fase iterasi atau pengembangan cenderung menjadi fase terpanjang karena sebagian besar pekerjaan dilakukan di sini. Developer akan bekerja dengan UX designer untuk menggabungkan semua persyaratan produk dan feedback pelanggan sekaligus mengubah desain menjadi kode.
#4 Release
Setelah produk dikembangkan, produk hampir siap untuk dirilis. Namun, sebelum itu tim quality assurance perlu melakukan beberapa pengujian untuk memastikan software berfungsi sepenuhnya.Tim akan menguji sistem untuk memastikan kodenya bersih. Jika ada potensi bug terdeteksi, developer perlu segera menanganinya.
Dalam fase ini, tim juga akan memfasilitasi tutorial penggunaan aplikasi kepada user.
Setelah semua bug diperbaiki dan pelatihan pengguna user, iterasi akhir produk dapat diterapkan dan dirilis ke bagian produksi.
#5 Maintenance
Setelah aplikasi berhasil dirilis dan sudah bisa digunakan user, tim beralih ke tahap pemeliharaan.
Selama fase ini, tim software development akan memberikan dukungan secara berkelanjutan untuk menjaga agar sistem berjalan lancar dan mengatasi jika sewaktu-waktu muncul bug. Tim juga akan siap menawarkan pelatihan tambahan kepada user dan memastikan mereka tahu cara penggunaan produk.
Di sisi lain, developer dapat menggunakan feedback yang dikumpulkan selama tahap maintenance untuk merencanakan fitur dan meng-update iterasi berikutnya.
#6 Retirement
Ada dua alasan mengapa suatu produk akan memasuki fase retirement atau penghentian, yaitu diganti dengan versi terbaru atau sistem itu sendiri sudah usang dan tidak lagi digunakan.
Di tahap ini, tim software development akan memberi tahu user bahwa software akan dihentikan. Jika ada pengganti, pengguna akan dimigrasikan ke sistem baru.
Terakhir, tim developer harus menyelesaikan semua aktivitas akhir masa pakai yang masih tertunda dan mulai menghentikan dukungan yang diberikan untuk aplikasi.
Manfaat Menggunakan Metode Agile
Dilansir dari Decipher Zone, berikut beberapa manfaat menggunakan metode Agile:
Memiliki kontrol yang lebih baik
Agile memberikan kontrol proyek yang lebih besar karena memiliki fitur seperti transparansi, quality control, dan integrasi feedback. Sepanjang fase implementasi, para stakeholder bisa memastikan kualitas software menggunakan tools dan teknik pelaporan harian.
Mengurangi risiko
Menggunakan Agile memungkinkan tim dalam mendapatkan feedback sesering mungkin yang bisa segera ditindaklanjuti. Hal ini memudahkan dalam mengidentifikasi error dan membangun proses mitigasi risiko yang efektif.
Meningkatkan fleksibilitas
Menerapkan Agile dalam tim pengembangan proyek memberi mereka fleksibilitas tinggi. Dalam metodologi manajemen proyek lainnya, perubahan biasanya memakan waktu yang lama dan mahal. Namun, Agile membagi proyek menjadi bagian-bagian kecil yang memungkinkan tim mengimplementasikan perubahan dalam waktu singkat.
Melakukan perbaikan secara berkelanjutan
Mengusahakan peningkatan berkelanjutan adalah salah satu prinsip inti dari Agile. Perbaikan berkelanjutan mendorong kolaborasi dan pertukaran ide anggota tim yang memungkinkan mereka untuk belajar serta meningkatkan pengalaman masing-masing.
Meningkatkan kualitas produk
Agile bekerja semaksimal mungkin dalam manajemen proyek dengan meningkatkan proses secara berulang selama periode waktu tertentu. Kontrol terhadap kualitas juga terus dijaga untuk memastikan hasil akhir produk berkualitas tinggi.
Memberikan kepuasan bagi pelanggan
Dikarenakan banyak stakeholder yang terlibat dalam project development life cycle, perusahaan akan mendapatkan lebih banyak feedback yang akan membantu menilai apakah produk akhir sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Dengan demikian, kepuasan pelanggan terhadap produk akhir juga cenderung meningkat.
Contoh Penerapan Metode Agile
Untuk memahami lebih jauh tentang keunggulan Agile, berikut contoh perbandingan penggunaan Agile dengan Waterfall.
Contoh durasi pengerjaan software menggunakan metode Waterfall
Sebuah tim di perusahaan X akan membuat suatu software menggunakan Waterfall.
- Pertama, tim mendedikasikan 5 minggu untuk mengumpulkan dan menganalisis persyaratan produk.
- Kedua, tim mulai merancang wireframe dasar dari semua fitur aplikasi dan membutuhkan waktu sekitar 6,5 minggu.
- Ketiga, tim akan menerjemahkan desain ke dalam kode lalu mengujinya. Proses ini memakan waktu sekitar 13 minggu.
- Keempat, tim mulai menguji sistem sekitar 6,5 minggu.
- Terakhir, developer akan menghabiskan waktu yang tersisa untuk menguji penerimaan user melalui tim pemasaran.
Total waktu yang dihabiskan untuk pembuatan software ini adalah 31 minggu atau sekitar 8 bulan.
Contoh durasi pengerjaan software menggunakan metode Agile
Sekarang, bandingkan dengan waktu pembuatan software menggunakan metode Agile berikut.
- Di Agile, proyek dipecah menjadi banyak iterasi. Masing-masing iterasi memiliki durasi yang sama (antara 2 sampai 8 minggu) lalu setiap tim akan mengirimkan hasil akhirnya.
- Untuk contoh ini, misalnya proyek dibagi menjadi delapan bagian yang masing-masing berdurasi 4 minggu.
- Tim bisnis dan developer bekerja sama untuk menentukan fitur penting yang diperlukan.
- Setelah itu, tim akan mengirimkan aplikasi dengan fitur yang telah ditentukan.
- Setelah aplikasi siap, tim secara kolaboratif menentukan apakah aplikasi tersebut sesuai dengan tujuan awal. Mereka juga akan memutuskan perubahan apa yang dapat dilakukan dan fitur mana yang dapat ditambahkan pada iterasi berikutnya berdasarkan prioritas.
- Semua proses tersebut berjalan secara paralel sampai menunjukkan produk akhir yang bisa digunakan user hanya dalam waktu empat minggu.
FAQ (Frequently Asked Question)
Mengapa banyak perusahaan mengembangkan perangkat lunak menggunakan konsep Agile?
Metode Agile memberi perusahaan framework yang dapat digunakan untuk menyelesaikan proyek secara efektif. Semua kebutuhan dan persyaratan proyek akan tercantum dalam framework tersebut sehingga proyek bisa berjalan dengan lancar.
Ini adalah cara yang jauh lebih efisien untuk mengelola proyek jika dibandingkan dengan metode tradisional (Waterfall).
Metode Waterfall tidak memperhitungkan perubahan pasar seiring dengan perubahan permintaan konsumen. Ini akan berdampak pada kerugian besar bagi developer dan risiko kegagalan proyek juga tinggi.
Ketika perusahaan mulai beralih ke metode Agile, mereka dapat mengikuti tren pasar yang berubah dan membuat produk sesuai keinginan pasar.
Lebih lanjut, berikut alasan banyak perusahaan mengembangkan software menggunakan Agile:
- membantu meningkatkan proses manajemen tim proyek menggunakan tools management.
- meningkatkan kerja sama dalam tim karena bisa menjalin komunikasi yang lebih efektif.
- Membantu memecah tugas kompleks menjadi beberapa bagian tugas yang dapat dikelola dan dikerjakan oleh tim dengan lebih mudah.
Mulai karirmu dalam
product-manager
Belajar di RevoU! Dapatkan skill digital paling in-demand langsung dari praktisi terbaik di bidangnya. Kelas online 100% LIVE, 1:1 career coaching, dan akses ke Community Hub dengan 6000+ member selamanya untuk support perkembangan karir kamu!