top of page

Behavioral Targeting

Behavioral targeting adalah strategi marketing di mana iklan yang muncul didasarkan pada pola perilaku dan kebiasaan pengguna dalam menjelajah internet.

digital-marketer

Apa itu Behavioral Targeting?

behavioral targeting adalah
Apa itu behavioral targeting

Dulu, hampir seluruh jenis iklan bisa dilihat dengan mudah. Beberapa iklan mungkin dirasa mengganggu karena tidak sesuai dengan minat atau kebutuhan konsumen saat ini. 

Namun saat ini iklan yang muncul bisa dipengaruhi oleh aktivitas atau kebiasaan dalam menggunakan browser di smartphone maupun komputer. Dalam dunia digital marketing, hal ini disebut dengan behavioral targeting

Behavioral targeting adalah salah satu jenis marketing di mana iklan yang muncul didasarkan pada perilaku konsumen, seperti riwayat pencarian browser, waktu yang dihabiskan pada suatu website, dan button website yang diklik.

Cara kerja behavioral targeting adalah dengan mengumpulkan informasi yang diberikan konsumen ketika mengunjungi suatu web, yang disebut dengan cookie

Cookie dari situs-situs yang dikunjungi dikumpulkan menjadi satu, sehingga marketer bisa mengetahui pola perilaku, minat, dan kebiasaan belanja konsumen. 

Berdasarkan informasi tersebut, marketer bisa mengelompokkan konsumen ke dalam kelompok target marketing tertentu. Selanjutnya marketer menggunakan tools analytic atau A/B testing untuk menentukan campaign yang tepat bagi konsumen. 

Setelah semua siap, iklan yang sesuai dengan minat dan perilaku konsumen pun diluncurkan.

Cara kerja behavioral targeting
Cara kerja behavioral targeting

Sebagai contoh, akhir-akhir ini Rika sering memasukkan kata kunci “rekomendasi sepatu kulit pria” pada browser smartphone-nya. Ketika Rika mengunjungi website lain, seperti situs berita online, iklan mengenai sepatu kulit pria akan muncul. 

Manfaat Behavioral Targeting

Manfaat behavioral targeting tak hanya untuk marketer, tapi juga untuk konsumen. 

Manfaat behavioral targeting untuk marketer di antaranya:

  • Meningkatkan rasa ingin tahu konsumen terhadap suatu produk, yang pada akhirnya dapat meningkatkan engagement situs 
  • Meningkatkan conversion rate, yaitu tingkat pengunjung website yang melakukan pembelian produk di situs
  • Berpotensi mendapatkan loyalitas konsumen (brand loyalty), sehingga konsumen akan melakukan pembelian berulang 

Sedangkan manfaat behavioral targeting bagi konsumen yaitu:

  • Konsumen memiliki pengalaman yang lebih menyenangkan terhadap iklan yang muncul
  • Memudahkan konsumen untuk mendapatkan rekomendasi produk yang sedang dibutuhkan
  • Konsumen merasa terbantu setiap kali melihat iklan yang dipersonalisasi, karena mengingatkan mereka akan produk dalam keranjang yang belum di-check out 

Apa Saja Data yang Harus Dikumpulkan?

Untuk mengimplementasikan behavioral targeting, marketer harus mengumpulkan data konsumen terlebih dahulu. Pengumpulan data dilakukan menggunakan data management platform (DMP). 

Data yang dikumpulkan meliputi:

  • Durasi penggunaan device, seperti smartphone, laptop, dan tablet dalam sehari
  • Lokasi geografis yang diketahui melalui alamat IP
  • Riwayat berlangganan atau registrasi akun pada suatu website 
  • Usia dan jenis kelamin
  • Situs yang sering dikunjungi dan waktu yang dihabiskan pada situs tersebut
  • Button, iklan, dan link yang diklik
  • Riwayat pencarian browser
  • Interaksi elemen web, seperti video yang ditonton pada situs tersebut
  • Riwayat belanja dan progress transaksi

Jenis Behavioral Targeting

Berdasarkan data yang dikumpulkan, behavioral targeting dibagi menjadi dua jenis yaitu:

#1 Onsite behavioral targeting

Onsite behavioral targeting ditempatkan pada situs tertentu. Onsite behavioral targeting dapat meningkatkan user experience dengan menampilkan iklan sesuai pola perilaku yang diamati dari halaman lain di situs yang sama. 

Onsite behavioral targeting mengumpulkan informasi tentang perilaku pengguna, aktivitas, dan atribut yang relevan. 

Misalnya, Shinta mengunjungi e-commerce B untuk mencari baju batik dress untuk kondangan. Setelah itu, Shinta mencari tas jinjing pada situs yang sama. 

Saat mencari-cari tas jinjing, akan muncul iklan baju batik dress. Hal ini karena sebelumnya Shinta mencari baju batik dress, sehingga pola ini terekam untuk menampilkan iklan yang relevan dengan kebutuhannya. 

#2 Network behavioral targeting

Network behavioral targeting digunakan untuk menargetkan audiens secara spesifik. Data seperti cookie, alamat IP, minat, dan aktivitas konsumen dikumpulkan lalu dibagikan ke beberapa situs sebagai bahan iklan tertarget.

Kemudian algoritma akan mengubah data tersebut menjadi buyer persona, atau citra tentang konsumen tersebut, seperti usia dan kemungkinan membeli. 

Informasi tersebut akhirnya digunakan untuk pembuatan iklan yang lebih dipersonalisasi. 

Misalnya, dalam 3 hari terakhir Adrian mencari serum anti-penuaan untuk pria. Dari data tersebut, advertiser bisa berasumsi bahwa Adrian adalah seorang laki-laki berusia sekitar 25 hingga 30-an, dan sedang sangat membutuhkan serum anti-penuaan. 

Informasi Adrian diolah untuk pembuatan iklan yang sesuai dengan Adrian. Jadi ketika Adrian mengunjungi situs atau aplikasi lain, Adrian akan melihat iklan tentang serum anti-penuaan.

Contoh Behavioral Targeting

Jeje sangat suka anime, dan akhir-akhir ini dia sangat tertarik dengan salah satu anime berjudul One Piece. 

Jeje pun mencari segala informasi mengenai One Piece, mulai dari penulis, pengisi suara, episode terbaru atau spoiler-nya, hingga merchandise seperti baju, tas, dan action figure One Piece. 

Saat Jeje membuka Instagram, tiba-tiba muncul iklan mengenai action figure karakter One Piece yang dijual dengan harga terjangkau di dekat tempat tinggalnya. 

Iklan ini termasuk behavioral targeting karena menampilkan iklan yang sesuai dengan pola perilaku dan aktivitas pencarian terbaru Jeje di internet. 

FAQ (Frequently Asked Question)

Apa perbedaan behavioral targeting vs contextual targeting?

Contextual targeting merupakan strategi marketing yang muncul lebih awal dari behavioral targeting

Jika behavioral targeting mengumpulkan data konsumen untuk dibuatkan iklan yang dipersonalisasi, contextual marketing tidak berkaitan dengan data konsumen sama sekali. 

Contextual marketing adalah strategi pengiklanan berbasis konteks yang ditempatkan pada laman yang relevan dengan konteks iklan tersebut. 

Sederhananya, iklan tersebut ditempatkan di tempat yang tepat sesuai dengan isi atau konteks yang diiklankan. 

Misalnya, iklan mengenai produk perawatan kulit lebih cocok ditempatkan di blog yang membahas tentang make up dan skincare, dibandingkan ditempatkan pada laman yang membahas tentang resep masakan.

Mulai karirmu dalam

digital-marketer

Belajar di RevoU! Dapatkan skill digital paling in-demand langsung dari praktisi terbaik di bidangnya. Kelas online 100% LIVE, 1:1 career coaching, dan akses ke Community Hub dengan 6000+ member selamanya untuk support perkembangan karir kamu!

IKUT KURSUS GRATIS
bottom of page